TRIBUNNEWS.COM - RASANYA tak nyata kekalahan tim super Real Madrid dari Barcelona dengan marjin skor begitu besar. Tim betabur bintang, berpelatih jenius, berekor fantastis bisa terjungkal dan seolah hanya bisa berlari di lapangan kala anak-anak asuhan Pep Guardiola menari dengan lincahnya di rumput Camp Nou kemarin malam.
Tapi itulah sepak bola. Semuanya bisa terjadi dan nyata adanya. Segala prediksi soal ketatnya skor pertandingan hanya tinggal rekaan bual yang tak terbukti di lapangan. Madrid yang tak pernah kalah di semua ajang kompetisi musim ini, harus rela harga dirinya terkoyak kala lima gol dramatis Barca meluluhlantakkan prestasi cemerlang mereka di laga ke-13 La Liga.
Sejumlah analisa dari pakar sepak bola menyebut, Madrid bukanlah tampil buruk, hanya saja mereka memang tampil kurang di segala aspek dari Barcelona.
Yang paling menyolok adalah sisi mental. Punggawa Barcelona, seluruh pemain dan pelatih, tampil lebih tenang. Mereka memang provokatif, seperti yang dilakukan oleh Pep ke Ronaldo atau Messi ke Carlvalho, pun mereka tak terpancing. Pola permainan ciri khas mereka tetap mereka mainkan meski tekel dan kata-kata keras keluar dari pemain Madrid. Mereka buramkan air permainan Madrid, tapi tak terjerumus di kubangan itu.
Mentalitas pula yang membuat Barcelona tampil lepas, bermain seolah tak ada lagi sepak bola esok hari. Faktor mental pula yang menjadikan anak-anak Madrid, contoh nyata Ramos yang mengamuk ala preman, bermain hanya dengan tenaga. Keterkejutan atas dua gol cepat Barca di awal laga terlihat jelas menjadi awal dari hancurnya mentalitas pemain Madrid, selain tentunya dukungan luar biasa dari Ultras Barcelona.
Wasit? Tak dapat dipungkiri menjadi satu penyebab lainnya. Bukan soal beberapa kontroversi keputusan wasit Iturralde Gonzalez selama laga. Ia tampil cukup sempurna, tapi beberapa callnya membuat pemain Madrid makin jatuh mentalnya. Ditambah, catatan yang melekat dibenak pemain Madrid, bahwa Madrid selalu menuai hasil tak baik melawan Barca saat dipimpin Iturralde Gonzalez.
Faktor lain adalah kolektifitas tim yang luar biasa. Statistik mencatat, selama 90 menit para pemain Barca membukukan sebanyak 700 passing berakurasi 89 persen! Bandingkan dengan Madrid yang hanya mencatatkan passing setengah dari Barca berakurasi hanya 64 persen.
Pola tiki-taka ditunjang oleh lapangan basah karena hujan. Alur bola cepat dari satu pemain ke pemain lain Barcelona seolah hanya mampu dilihat oleh punggawa Madrid. Kalau pun melakukan tekel -tak jarang dilakukan keras- hanya mengenai angin atau kaki lawan dan bukan bola.
Motor serangan di lapangan juga menjadi penyebab utama hancurnya Madrid. Di Barca, tak hanya Messi, tercatat paling tidak ada beberapa pemain seperti Iniesta, Xavi, dan bahkan Villa yang menyeruakkan ide brilian untuk menghancurkan Madrid dengan gol.
Di kubu Madrid? Ronaldo seolah mati kutu, Oziel seperti kelu, Benzema hanya berlari melulu. Tak usah disebutkan nama Ramos, karena ia juga hanya mampu menunjukkan sisi emosionalnya, buka kreatifitas serangan di laga tersebut
Taktik yang dimainkan Mourinho juga ikut andil dalam kekalahan terbesar pelatih yang menjuluki dirinya The Special One itu. Ia memang berjanji akan menghibur para penonton dan tidak akan memainkan pola bertahan yang berujung pada skema sepak bola negatif. Janji itu jadi bumerang buatnya, Ultras Barcelona terhibur dan berpesta sedang Madrid merana.
Rabu, 01 Desember 2010
Penyebab Madrid Kalah di Laga Ke-13
04.11
Putra Pedrosa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar